5 KARAKTER METODE ILMIAH

Metode

Karakter Metode Ilmiah – Sebuah kajian atau penelitian yang digunakan untuk mengungkap berbagai hal membutuhkan sebuah sistem yang bersifat ilmiah, sebagaimana disebutkan oleh Morisson, bersifat ilmiah berarti sebuah analisis empiris yang diorganisir dengan baik, terkontrol, objektif, bersifat kualitatif atau kuantitatif dari satu variabel atau lebih.

Lebih lanjut, untuk sampai kepada tahap tersebut, diperlukan sebuah item penelitian yang menjadi dasar dari sebuah kajian, yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah memiliki lima unsur utama yang menjadi pembeda dari sebuah “metode” pada umumnya. Maka, sebuah pendekatan penelitian yang tidak memiliki salah satu dari unsur-unsur metode ilmiah ini, dapat dikatakan kehilangan bobot ilmiahnya sebagai sebuah kajian.

Berikut penjelasan tentang lima karakter metode ilmiah;

1. TERBUKA

Terbuaka & Accessible

Terbuka & Accessible

Sebuah penelitian ilmiah harus bersifat terbuka dan accessible.

Artinya, sebuah penelitian bersifat informatif, terbuka, dan dapat diakses oleh peneliti-peneliti lainnya. Dalam laporan penelitiannya-pun, harus menyebutkan secara jelas dan spesifik tetang metode yang digunakan, teknik, dan prosedur pengumpulan data. Hal ini bertujuan untuk memungkinkannya sebuah koreksi dan verifikasi terhadap temuan-temuan sebelumnya.

2. OBJEKTIF

Objective

Objective

Sebuah penelitian ilmiah tidak selalu sejalan dengan perkiraan dan ekspektasi penelitinya.

Artinya, ke-objektifan sebuah penelitian ilmiah harus searah dengan aturan/prosedur penelitian yang berlaku serta mengungkapkan fakta-fakta penelitian sebagaimana adanya, bukan sebagaimana interpretasi peneliti.

3. EMPIRIS

Empiris & Terukur

Empiris & Terukur

Penelitian fokus kepada dunia yang dapat diketahaui dan diukur.

Artinya, sebuah penelitian haruslah bersifat empiris, dikarenakan bahwa peneliti mempelajari dunia yang diketahui bersama dan dapat diukur oleh siapapun. Dalam hal ini, peneliti harus mampu memahami dan mengklasifikasikan objek penelitiannya agar terhindar dari anggapan-anggapan yang bersifat metafisis atau takhayul, dan anggapan-anggapan tersebut tidak diterima dalam sebuah kajian ilmiah.

Bersifat empiris bukan berarti menghindari pandangan yang bersifat abstrak. Namun, terdapat batasan-batasan tertentu dimana pandangan tersebut dapat masuk ke dalam kategori ilmiah, yaitu dengan kategori “dapat diamati” dan “terukur”. Maka, keahlian dan kelihaian peneliti dalam membingkai hubungan konsep abstrak dan dunia empiris harus terorganisir dengan baik melalui berbagai instrumen-instrumen yang ada.

4. SISTEMATIS

Sistematis

Sistematis

Sebuah penelitian selalu terkait dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan penelitian-penelitian sebelumnya sebagai dasar rujukan untuk melangkah kepada proses penelitian yang akan dilakukan. Pembacaan literatur ilmiah merupakan salah satu tahap utama untuk mengidentifikasi sebuah permasalahan. Langkah ini juga bertujuan untuk melihat apakah penelitian yang akan dilakukan merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya atau tidak.

Pada umumnya, proses yang dilakukan dalam sebuah penelitian dimulai dari suatu fenomena yang dicermati secara menyeluruh, kemudian dilanjutkan pada tahap pengembangan data berdasarkan pola-pola kesamaan untuk menjelaskan data tersebut. Ketika hubungan antar variabel selalu sama dalam berbagai kondisi, maka hasil-hasil pengamatan tersebut disusun dalam sebuah “rumusan”, “teori” atau “hukum”.

5. PREDIKTIF

Prediktif

Prediktif

Ilmu pengetahuan berfungsi untuk menghubungkan peristiwa masa lampau, hari ini, dan masa depan.

Artinya, teori-teori yang telah dibuat dan diaplikasikan bertujuan untuk membantu memperkirakan fenomena yang akan terjadi di masa depan. Sejalan dengan hal tersebut, teori yang disusun harus memiliki kualitas dan kemampuan untuk memperkirakan secara tepat sebuah fenomena atau peristiwa yang akan terjadi.

Sumber: Morisson, Metode Penelitian Survei, 2012.

Baca Juga: Membahas Pengertian Metodologi

Leave a comment